Mandiri Melalui SIklus Belajar 5E

Belajar adalah proses yang menyenangkan. Belajar dengan variasi model pembelajaran akan lebih menantang. Sebagai mahasiswa dengan masa kuliah yang masih cukup baru, semester dua, pastilah ingin menemukan bagaimana mendapatkan materi perkuliahan dengan belajar yang santai, namun pengalaman dan materi tertanam dalam jiwa, sekaligus dapat meningkatkan kemadirian. Tentulah bukan hal yang mudah, dan harus dapat melakukan dengan penuh ketekunan.

Belajar untuk mahasiswa, khususnya belajar sains, harus dapat menyatukan konsep antara lingkungan dan materi yang diajarkan. Pembelajaran sains dalam perguruan tinggi hendaknya membuka kesempatan kepada mahasiswa secara aktif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mahasiswa dibentuk secara aktif untuk dapat menyelesaikan masalah secara mandiri.

Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Siklus belajar dengan 5E, atau dikenal dengan Learning Cycle 5E memiliki sintaksEngagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation.

Tahap engagement mempersiapkan diri mahasiswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Minat dan keingintahuan tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Mahasiswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Tahap exploration, memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Pada tahapexplanation, mahasiswa mampu menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Tahap elaboration konsep dan ketrampilan diterapkan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Pada tahap akhir, evaluation dilakukan evaluasi terhadap efektifitas tahap-tahap sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melaluiproblem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.

Berangkat dari konsep tersebut, pembelajaran Sains Lanjut pada mahasiswa 2D di UAD Yogyakarta menjadi semakin menantang dan mengasah kemampuan kemadirian baik individu maupun kelompok. Kemandirian yang disajikan dalam angket dengan komponen kemampuan seseorang memiliki motivasi belajar, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, memberikan pengaruh yang positif. Mahasiswa semaakin mampu untuk menuntaskan tugas-tugass belajarnya baik secara individu maupun kelompok.

Hasil riset berupa angket mahasiswa dari sebelum perkuliahan dan setelah perkuliahan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Awal perkuliahan dengan rerata hasil angket 47,366 meningkat menjadi 50,878 setelah perkuliahan dengan siklus belajar 5E. Hasil karya mahasiswa dalam bentuk laporan praktikum, laporan demonstrasi dan beberapa artikel yang diunggah di media sosial juga menunjukkan kemampuan mahasiswa yang semakin terus diasah. Diharapkan nantinya mahasiswa yang meerupakan caon guru pendidikan sekolah dasar menerapkan bahkan dapat menginovasi dengan berbagai model untuk diterapkan di sekolah.

Fatchul Fauzi, S.Pd.

Mahasiswa Magister Pendidikan Dasar 2017